Memaknai kata Hijrah, banyak orang yang berbeda memaknainya, seperti yang banyak di statuskan di media sosial. Banyak di antara pernyataan tentang Hijrah yang disatuskan tidak sesuai dengan yang semestinya. Bahkan ada yang keliru dan bisa menyesatkan.
Arti hijrah secara bahasa memang pindah. Melihat dasar acuan pada peristiwa pindahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Yatsrib yang kemudian diganti nama menjadi Madinah. Namun kata itu harus juga dipahami dalam kontek sekarang dalam acuannya.
Dizaman sekarang, yang terpenting dari pemaknaan hijrah untuk umat adalah tekad meninggalkan akhlak yang buruk menjadi pribadi yang mulia sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW yakni hijrah dengan menjauhi segala larangan, bertaubat dan membersihkan diri sampai menjadi hamba yang dicintai Allah dan Rasulnya. Hijrah kita haruslah menempa diri menjadi hamba yang takwa.
Orang yang hijrah dengan benar, maka dia akan secara otomatis menjadi dai. Menjadi orang yang menyiarkan Islam. Membuat agama Islam menjadi menarik sesuai tujuannya. Yakni menebar kasih sayang bagi semesta. Karena yang tampak pada setiap Muslim adalah pribadi yang mulia akhlaknya.
Baca juga :
Baca juga :
Inilah Makna Hijrah dan Perbedaannya
Nah, Jadi sungguh aneh dan menyesatkan jika mengaku hijrah tapi akhlaknya tidak mulia.
Upaya Hijrah adalah dengan selalu bersandar kepada Allah. Selalu mengingat Allah dalam segala hal. Menempa jiwanya menjadi pribadi yang teguh imannya. Sehingga tidak terombang ambing oleh keadaan. Puncaknya adalah menjadi manusia yang berjiwa tenteram. Muthmainnah. Yang diridhoi Allah, dan yang damai hidupnya hingga matinya.
Sungguh bahagia orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotori hatinya.
Untuk bisa seperti itu, caranya dengan diimbing oleh guru. Oleh ulama. Dan yang dimaksud ulama adalah yang memiliki sanad keturunan yang tersambung sampai kepada Rasulullah.
Rasulullah membaiat para sahabatnya sebelum berangkat hijrah. Kita yang ingin hijrah juga perlu berbaiat kepada guru kita, yaitu ulama yang merupakan pewaris Nabi. Serta memiliki sanad keturunan yang tersambung kepada Rasulullah.
Karena ulama tidak pernah mengajarkan merasa benar sendiri, apalagi menyalahkan orang lain. Maka orang yang hijrah menurut bimbingan ulama, dijamin benar alias tidak kesasar.
Sebaliknya jika ada orang mengaku telah hijrah, tetapi suka menyalahkan dan merasa benar sendiri, berarti dia tidak belajar kepada ulama. Dan dia pasti akan sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu, setiap muslim harus belajar kepada sumber yang benar, yaitu ulama.
Mari kita berhijrah menurut ajaran ulama. Dari situlah kita bisa meniru makna hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Demikian tentang Fenomena Hijrah di Zaman Sekarang yang bisa terpaparkan. Semoga dapat menjadi pengingat dan pembelajaran kembali bagi kita dalam memahami dan mengamalkan apa yang sudah dijelaskan diatas.
Bagikan Ini Ke :
comment 0 Komentar
more_vert