Puncak kebesaran nikmat adalah ketika terbuka alam menuju ma'rifat kepada Allah SWT. Sebagaimana menurut Syaikh Ibnu 'Atho'Illah As- Syukandary :
اِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةٌ مِنَ التِّعَرُّفِ فَلاَ تُبَالِ مَعَهَااِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مَا فَتَحَهَالَكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُاَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ التَّعَرَّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْاَعْمَالُ اَنْتَ مُهْدَيْهَااِلَيْهِ وَاَيْنَ مَاتُهْدِيْهِ اِلَيْهِ مِمَّاهُوَمُوْرِدُهُ عَلَيْكَ
Artinya : "Apabila dirimu telah dibukakan jalan (menuju) ma'rifat kepada Allah, maka sungguh dengan kema'rifatan itu jangan engkau pedulikan amalanmu yang sedikit. Maka sesungguhnya Allah tidak membuka jalan kema'rifatan bagimu, kecuali hanya Dia menghendaki pengenalan kepadamu. Tidakkah engkau mengerti bahwasannya ma'rifat itu adalah anugerah Allah kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu itu hanya merupakan sebagai imbalan jasa kepadanya, kalau begitu dimanakah letak perbandingan antara imbalan jasamu kepadanya dengan apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu".
Sudah menjadi fitrahnya, bahwa orang yang beriman selalu ingin mengenal Tuhan yang telah menciptakan dan melindunginya. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang dapat mengenal-Nya. hanya orang-orang tertentu yang telah mendapatkan jalan menuju ma'rifat kepada allah sajalah yang dapat mengenal allah lewat penglihatan mata hatinya. Dan ini adalah merupakan sebesar-besar nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya.
Baca Juga :
Baca Juga :
Segala Sesuatu Yang Diterima Adalah Ketentuan Allah SWT
Tersebutlah dalam Al-Qur'an Surat Al-An'am ayat 75-79, bagaimana kisah Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhannya. Beliau telah berjumpa dengan bintang yang gemerlap, bulan yang indah, dan juga matahari yang sangat terang sinarnya. Mula-mula beliau menganggap, bahwa yang dijumpai itulah tuhannya. Namun ketika mereka satu persatu tenggelam dan sirna, maka beliau berpikir, bahwa tidak mungkin Tuhan itu dapat tenggelam atau sirna. Akhirnya setelah mendapatkan sinar terang yang menerangi hatinya, Nabi Ibrahim dapat mengenal allah sebagai Tuhan yang telah menciptakan dirinya serta menciptakan alam dengan segala isinya.
Setelah mendapatkan jalan menuju ma'rifat kepada Allah tersebut jiwa Nabi Ibrahim menjadi tenang dan tentram. Begitu juga dengan jiwa kamu mukmin lainnya yang telah mendapatkan jalan sebagaimana jalannya Nabi Ibrahim, mereka pun merasakan ketenangan dan ketentraman yang tidak dialami oleh orang lain. Dan hail ini patutlah disyukuri dengan kesyukuran yang sebesar-besarnya.
Demikianlah tentang Puncak Kebesaran Nikmat yang bisa terpaparkan, somoga bisa menjadi wasilah pengingat dan pembelajaran kemavbli bagi kita semua dalam memahami apa yang suidah dijelaskan diatas.
Bagikan Ini Ke :
comment 0 Komentar
more_vert