MASIGNCLEAN103

SEWA-MENYEWA MENURUT ILMU FIQIH

Sewa-menyewa adalah suatu perjanjian untuk mengambil manfaat dari suatu barang. Hukumnya Mubah. Keadaannya hampir sama dengan jual beli. Hanya dalam sewa-menyewa yang dihargai manfaatnya bukan bendanya.

Sebahagian dari mu'amalah adalah sewa-menyewa. Kegiatan ini merupakan salah saru cara untuk menolong orang yang membutuhkan. Lebih-lebih pada masa sekarang kebutuhan hidup yang semakin mendesak.


Umpamanya  : seseorang perlu rumah, kendaraan atau sawah dan lain-lain, tetapi tidak mudah memperolehnya dalam waktu yang singkat, kecuali dengan jalan sewa.

Baca juga :
Pinjam-Meminjam

Benda-benda yang boleh disewakan

Semua jenis benda yang bermanfaat, baik berupa peralatan ataupun benda tidak bergerak, boleh disewakan. Demikian juga jasa atau tenaga, misalnya tenaga dari seorang ibu yang menyusukan anak seseorang, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an.

Firman Allah SWT :

فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ

Artinya : "Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya...". (Q.S At-Talaq :6)

Sabda Rasulullah SAW :

اَنِّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِحْتَجَمَ وَاَعْطَى الْحَجَّامَ اَجْرَهُ رواه الشيخان

Artinya : "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah pernah berbekam kepada seseorang dan beliau memberikan upah kepada tukang bekam itu ". ( H.R Asyaikhoni)

Benda-benda yang tidak bermanfaat tidak boleh disewakan. Demikan juga barang-barang yang akan terpakai untuk perbuatan melanggar agama, juga tidak boleh disewakan, misalnya menyewa pisau untuk membunuh orang.

Rukun dan Syarat Sewa menyewa

a. Ada penyewa dan yang menyewakan.
Syarat kedua belah pihak :
- Berakal.
- Kemauan sendiri.
- Tidak Mubazir.
- Baligh (bukabn anak kecil).
b. Sewa atau upahnya, dapat diketahui.
- Jenisnya.
- Kadarnya.
- Sifatnya.
c. Ada manfaat pada benda yang disewakan.
- Manfaat yang berharga, yang tidak berharga manfaatnya dilarang dalam Islam. Misalnya menyewa buah Durian untuk dicium baunya.
- Diketahui kadar jangka waktunya.
- Manfaatnya dirasakan oleh penyewa.

Demikianlah tentang Sewa-Menyewa Menurut Ilmu Fiqih yang bisa terpaparkan. Semoga dapat menjadi bahan pembelajaran kembali bagi kita sebagai muslim yang sering melakukannya.
Bagikan Ini Ke :
Admin