Setelah tiga puluh tahun lebih lamanya asep mengaji dipesantren, Dia dapat membaca kitab-kitab (kuning) apa saja yang telah diajarkan oleh kiainya. Namun, itu semua baginya hanya di lidah saja, tak sampai tenggorokannya. Dan belum menancap di hatinya.
Tanpa ia duga, ia diminta untuk menikahi putri kiainya. Dia kaget; "Kenapa mesti saya? Saya itu kan tidak punya apa-apa? Saya juga bukan kategori orang yang bisa bekerja". kata asep didalam hatinya.
Usut punya usut, ternyata sang kiai menikahkan dia kepada putrinya, justru karena ketidakpunyaan dia. Karena dia tidak punya harta benda.
Itu merupakan berkah baginya yang tidak punya apa-apa, dia malah menjadi menantu kiai nya. Sampai-sampai teman sekobong (kamer dipesantren) Asep ada yang berkata dengan nada banyolan; "Kiai memilih kamu agar kamu tidak berani mempoligaminya!".
Hahahaha...
Banyolan teman sekobongnya ini ada-ada saja. Mana mungkin Asep berani menduakan (Berpoligami) putri kiainya sendiri.
Singkat cerita, setelah asep menikah, ia ikut membantu mengajar di pesantren. Sampai ada kabar ayah asep meninggal dunia.
Karena dirumah ayah asep punya pesantren kecil, Asep mesti pulang ke rumahnya. Asep pun pamit kepada kiainya. "Kiai, saya pamit, saya harus pulang, ayah saya meninggal dunia". kata asep dengan nada bersedih.
Sang kiai menjawab ; "Oh iya betul, kamu harus pulang. Kamu punya tinggalan pesantren yangg harus terus dilestarikan".
"Namun kiai, ada satu hal yang ingin saya minta: saya ini tidak punya apa-apa. Mohon minta do'a amalan kepada kiai, agar saya mudah mendapat rejeki". pinta Asep kepada Kiai nya.
Bukannya diberi amalan do'a, asep malah dimarahi; "Huuussss!!! Kamu ini gimana, seperti tak percaya kepada Allah saja!!!". kata kiai kepada asep.
Sontak asep pun tercekat kaget tidak karu-karuan. Dan berpikir keras akan perkataan sang kiai.
Tak lama asep tersenyum dan mencium tangan sang kiai yang sekaligus mertuanya itu.
Usut punya usut, ternyata sang kiai menikahkan dia kepada putrinya, justru karena ketidakpunyaan dia. Karena dia tidak punya harta benda.
Itu merupakan berkah baginya yang tidak punya apa-apa, dia malah menjadi menantu kiai nya. Sampai-sampai teman sekobong (kamer dipesantren) Asep ada yang berkata dengan nada banyolan; "Kiai memilih kamu agar kamu tidak berani mempoligaminya!".
Hahahaha...
Banyolan teman sekobongnya ini ada-ada saja. Mana mungkin Asep berani menduakan (Berpoligami) putri kiainya sendiri.
Singkat cerita, setelah asep menikah, ia ikut membantu mengajar di pesantren. Sampai ada kabar ayah asep meninggal dunia.
Karena dirumah ayah asep punya pesantren kecil, Asep mesti pulang ke rumahnya. Asep pun pamit kepada kiainya. "Kiai, saya pamit, saya harus pulang, ayah saya meninggal dunia". kata asep dengan nada bersedih.
Sang kiai menjawab ; "Oh iya betul, kamu harus pulang. Kamu punya tinggalan pesantren yangg harus terus dilestarikan".
"Namun kiai, ada satu hal yang ingin saya minta: saya ini tidak punya apa-apa. Mohon minta do'a amalan kepada kiai, agar saya mudah mendapat rejeki". pinta Asep kepada Kiai nya.
Bukannya diberi amalan do'a, asep malah dimarahi; "Huuussss!!! Kamu ini gimana, seperti tak percaya kepada Allah saja!!!". kata kiai kepada asep.
Sontak asep pun tercekat kaget tidak karu-karuan. Dan berpikir keras akan perkataan sang kiai.
Tak lama asep tersenyum dan mencium tangan sang kiai yang sekaligus mertuanya itu.
Disitulah, akhir pertemuan asep dengan kiai nya.
Sekitar lima menitan, asep menerima ilmu yang tertancap ke dalam hatinya. Asep menemukan ilmu dari marahnya kiai yang sekaligus mertuanya itu, asep jadi ingat yang ada di dalam Al-Quran, Hadits dan kitab-kitab, termasuk yang ada di Ihya' dan Hikam.
Asep jadi teringat ayat Al-Quran: "Wa ma min dabbatin fil-ardhi illa 'alallahi rizquha".
Artinya : "Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya". (QS. Hud Ayat 6)
Bersambung...
Sekitar lima menitan, asep menerima ilmu yang tertancap ke dalam hatinya. Asep menemukan ilmu dari marahnya kiai yang sekaligus mertuanya itu, asep jadi ingat yang ada di dalam Al-Quran, Hadits dan kitab-kitab, termasuk yang ada di Ihya' dan Hikam.
Asep jadi teringat ayat Al-Quran: "Wa ma min dabbatin fil-ardhi illa 'alallahi rizquha".
Artinya : "Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya". (QS. Hud Ayat 6)
Bersambung...
🖋 Kang Zae21
🖐 Sang Penikmat Malam
🖐 Sang Penikmat Malam
🖐 Salam Kopi Item Panas dan Rokok Kretek
🖐 Salam Sarung Kusut dan Kopeah Ledeh
Bermanfaat ? Silahkan dibagikan !!!
🖐 Salam Sarung Kusut dan Kopeah Ledeh
Bermanfaat ? Silahkan dibagikan !!!
Bagikan Ini Ke :
comment 0 Komentar
more_vert